Wafatnya Imam Ghazali Indonesia, Mengenang Prof. Dr. Tholhah Hasan

Wafatnya Imam Ghazali Indonesia, Mengenang Prof. Dr. Tholhah Hasan

Hallo, Bersua lagi disini, dengan harapan kita semua selamanya diberi kesehatan dan keberkahan hidup, baik lahir maupun batin. Ok, pada artikel ini akan membawakan kategori  mengenai mengenang 40 hari wafatnya ibu Wafatnya Imam Ghazali Indonesia, Mengenang Prof. Dr. Tholhah Hasan, Ayo kita pelajari isi selengkapnya...!

Suatu malam abdi bertanya ke istri, "Kenapa beli kitab sebanyak ini?" Sambil melihat puluhan kitab dengan hardcover hijau tua yang baru datang dengan beberapa judul : Mukhtashar fii Ulumiddin, Al Ghunyatuth Thalibin, Al Fathur Rabbany karya As Syech Abdul Qadir Al Jylani yang menumpuk di ruang tengah. Istri menjawab, "satu set untuk saya, satu set yang lain untuk (dihadiahkan ke) Kyai Tolhah.". Seingat abdi ini bukan yang pertama, beberapa tahun sebelumnya waktu ke Kairo, abdi pernah mengantar istri edaran ke toko kitab di dekat kampus Al Azhar, tujuannya sama : membantu kitab2 pesanan Kyai Tolhah Hasan tentang Fiqh dari 4 madzhab (Madzahibul Arba'ah). Bahkan musim haji 2018 lalu, kepada istri abdi KH. Tolhah juga memesan kitab Quutul Qulub karya Abu Tholib Al Maky. Model interaksi keilmuan semacam ini yang sering dilakukan istri abdi dengan Kyai Tolhah Hasan baik sebagai kerabat maupun pengurus di Yayasan Al Maarif Singosari dengan menjadikan Kyai Tolhah Hasan sebagai "jujugan" utama dalam berkonsultasi ketika menemukan persoalan organisasi, bimbingan di lingkungan Almaarif dan pesantren hingga urusan pemilihan kitab tafsir Al Ibriz karya KH. bisri Mustofa yang bakal diajarkan istri ke Jamaah Ibu2 di Masjid Besar Hizbullah Singosari.

Kyai Tolhah memang awak yang lengkap, seorang organisatoris handal (memulai jadi aktifis Ansor hingga jadi arahan PBNU), memiliki kemampuan akademik dalam disiplin ilmu umum (Pendiri dan Rektor Unisma), serta ke'aliman dan penguasaan literatur keisIaman yang luas. Gus Dur bahkan pernah menyebut KH. Tolhah Hasan sebagai Imam Ghozalinya Indonesia. Maka tak heran ketika KH. Abdurrahman Wahid jadi Presiden RI keempat, KH. Tolhah Hasan diangkat sebagai Menteri Agamanya.

Saya sendiri punya banyak pengalaman awak dengan Kyai Tolhah dalam banyak hal termasuk mengaji rutin Kitab Rowa'iul Bayan Tafsiir Ayatul Ahkam karangan Muhammad Ali aksis Ashobuny ke dia di kediaman Singosari. Di luar urusan mengaji, sejak abdi aktif di Ansor PAC Singosari hingga Cabang Kabupaten Malang, punya pengalaman ketika abdi ditunjuk jadi ketua panitia Harlah Ansor ke 69, abdi diminta untuk membuat buku _(Tak Lekang Ditelan Zaman) tentang sejarah kepengurusan GP. Ansor Kabupaten Malang sejak berdiri hingga Kepemimpinan Shb. Hanief (saat abdi jadi sekretaris cabang), maka KH. Tolhah jadi salahsatu sesepuh yang kami sowani karena dia mantan Ketua PC. Ansor di awal Tahun 1960an. Salahsatu cerita dia yang sangat menarik adalah : hampir semua ranting di tingkat desa/ dusun di Kabupaten Malang pernah dia kunjungi.

Ketika Khaul Gus Dur Tahun 2013 , abdi diminta ahli Ciganjur untuk jadi narahubung KH. Tolhah Hasan untuk memberikan ceramah dan testimoni tentang Almarhum KH. Abdurrahman Wahid. Ketika beres acara, abdi menyaksikan Kyai Tolhah menolak diberi bisyaroh oleh panitia. Beliau begitu hormat kepada Almarhum Gus Dur dan merasa sebagai ahli besarnya.

Sewaktu Persiapan Harlah AnsorTahun 2012 di Solo yang bakal dibuka Presiden SBY, abdi pernah diminta Shb. Nusron Wahid untuk mengantar sowan ke KH. Tolhah Hasan di rumah dia di Cibubur, tetapi waktu itu KH. Tolhah Hasan bersamaan dengan agenda lain sehingga tidak bisa hadir dalam amal penghargaan sebagai sesepuh di Harlah Ansor ke- 78 di Solo.



Di tahun2 terakhir ketika KH. Tolhah Hasan memilih untuk menetap di Singosari setidaknya ada dua pengalaman dibidang keorganisasian yang adekuat diteladani Warga NU : dia "menolak" dicalonkan jadi daun muda arahan organisasi. Pertama ketika abdi menyaksikan KH. Hasyim Muzadi sowan ke Kyai Tolhah Hasan agar bersedia dicalonkan sebagai Rois 'Aam dalam rangka persiapan Muktamar NU Jombang. Kyai Tolhah ngendikan tidak bersedia karena faktor usia. Kedua, ketika abdi mengantar Pak LBP dan Mbak Yenny Wahid ke Singosari untuk sebuah diskusi kemungkinan Kyai Tolhah Hasan bersedia jadi Ketum MUI, dia juga menjawab tidak bersedia karena faktor usia.



Sebelum abdi berangkat ke Tiongkok untuk melanjutkan studi S3, Kyai Tolhah sempat memberikan wejangan ke abdi tentang kemajuan China yang perlu dipelajari. Bahkan dalam berbagai kesempatan pulang ke Indonesia, ketika bertemu beliau, KH. Tolhah sering mengenalkan abdi ke beberapa orang sebagai pengurus NU Tiongkok.

Beberapa minggu lalu abdi mendengar berita dari istri : Kyai Tolhah masuk RS dan memberikan update kabar perkembangan kesehatan dia dari waktu ke waktu. Hari ini, 29 Mei 2019, abdi menerima kabar tentang wafatnya tokoh dan kyai panutan kita semua, KH. M. Tolhah Hasan, "Imam Ghozalinya Indonesia".

Kullu man 'alaiha faan, wayabqa wajhurabbika dzul jalaali wa al ikraam

Sugeng tindak Pak Kyai...

Oleh : Imron Rosyadi Hamid

Rois Syuriyah PCINU Tiongkok

Sekian detil mengenai Wafatnya Imam Ghazali Indonesia, Mengenang Prof. Dr. Tholhah Hasan mudah-mudahan artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih atas kunjungannya dan wassalamu'alaikum.

Tulisan ini telah ditayangkan di : http://wahidfoundation.org/index.php/news/detail/Wafatnya-Imam-Ghazali-Indonesia-Mengenang-Prof-Dr-Tholhah-Hasan

Posting Komentar untuk "Wafatnya Imam Ghazali Indonesia, Mengenang Prof. Dr. Tholhah Hasan"